Bayang-Bayang Kabut
Karya : Tessa Anestiana
Apa yang paling menakutkan dari sebuah perpisahan?
Adalah kenangan yang selalu menghantui setiap langkah di masa
depan.
Adalah setiap bayangan yang kehadirannya senyata pagi setelah
malam.
Adalah setiap siang terik tanpa semilir angin
Adalah setiap waktu yang berputar kembali ke masa itu.
By-you
Terkirim : 19.55
Kita sampai dsini aja, aku gk bsa jadi yg kmu inginkan, begitu jga
kmu. Gk usah ganggu aku dlu.
Selesai mengetik
pesan itu kemudian Sasa menekan tombol kirim pada telepon selulernya. Air
matanya semakin deras menetes membasahi seluruh wajahnya yang pucat, dadanya
semakin sesak, udara yang ada di kamarnya seakan sangat kurang untuk dihirupnya
seorang diri. Dia mencoba untuk duduk dan membuka-buka pesan dalam telepon
selulernya yang tak dijamahnya selama dua jam. Terlihat deretan pesan dari beberapa nama yang
berbeda, Sasa mulai membuka dari barisan
nama paling bawah dan mencoba membacanya meski dengan pandangan yang kabur dan
kepala yang serasa berputar-putar. Beberapa pesan dari teman-temannya yang
tanpa dia membaca sampai tuntas Sasa sudah bisa menebak isinya. Lalu dia mulai
menyapu cepat nama-nama pengirim pesan dalam teleponnya dan dia mendapati nama
Angga.
Angga
Diterima:
20.10
Sa,
jdi nganter aku beli jaket gk, aku ke rumahmu ni. Kmu gk ketiduran kn?
Terkirim:
20.20
Hah,
iya maaf Ngga. Okedeh aku tunggu, hati-hati di jalan.
Sasa segera mencuci muka dan memoleskan bedak tipis ke wajahnya,
berharap polesan bedaknya akan mampu menutupi kepedihan yang tengah dia
rasakan, tetapi gagal total bedaknya justru hanya membuat wajahnya semakin
pucat.
***
“
Halloo, Nyet. Eh-eh kamu sakit Sa?”
“
Apaan, enggak. Habis bangun tidur ni, kamu sih janjinya jam setengah tujuh. Jam
berapa ni?” Sasa berbalik menghakimi Angga dengan lancarnya, dia memang paling
bisa mengendalikan situasi bahkan emosi yang ada pada dirinya.
“ Hah?,
aku itu sms-sms kamu, telepon-telepon kamu tapi gak ada jawaban tau.”
“
Lebay, mau kemana ni, emang masih ada toko yang buka jam segini?”
“Ada?”
“ Di
mana?”
“
Kuburan Cina.”
***
Motor dengan warna
merah dan telah dimodifikasi sedemikian rupa itu kini melaju membelah jalanan
yang mulai sepi. Suara mesinnya tidak begitu keras bahkan bisa dibilang cukup
halus untuk motor laki-laki dengan merek seperti itu, tetapi seseorang yang
menumpanginya merasakan batinnya yang menangis keras, sepinya jalanan pada hari
yang sudah larut malam dan udara yang menusuk kulit menyempurnakan
rintik-rintik air mata yang ditahan dan telah menggantung berat di sudut mata
hingga kemudian kering tersapu angin dan begitu seterusnya. Ya tiba-tiba saja
semua bayang-bayang yang telah dia usahakan untuk tidak hadir, justru mencekam
dan berputar-putar sedari tadi di otaknya. Seperti sebuah kaca kini otaknya
dengan sempurna merefleksikan semua bayangan yang sehari ini telah menjadi
penyebab air matanya terus saja mendesak keluar. Semua bayang-bayang yang terus
dia coba usir itu justru terus datang semakin banyak membawa seluruh
teman-temannya, semakin sempurna tiap-tiap kehadirannya, semakin jelas setiap
kali Sasa mencoba mengaburkannya. Bayangan itu mematikan fisik juga batinnya.
Dia tidak suka hari ini 10 Februari 2011.
***
Suasana kafe langganan Sasa
dan Angga memang selalu ramai dengan
pengunjung tetapi uniknya tidak bising. Suasananya tenang, lagu-lagu yang
diputarkan juga sesuai dengan selera mereka berdua, lampu proyektor yang
menghiasi dinding dengan motif yang selalu berganti-ganti membuat suasana kafe
semakin nyaman, wangi aroma lilin terapi juga mampu menenangkan hati setiap
orang yang mengunjunginya. Harusnya begitu juga yang Sasa rasakan tetapi dia
tidak merasakan kenyamanan yang selalu dia dapatkan ketika ada disini setiap
kali. Banyaknya orang yang datang berpasangan justru menimbulkan rasa iri dalam
dirinya, membangkitkan kenyataan bahwa kini dia sendiri meskipun ada seorang
sahabat di sampingnya, lagu-lagu yang diputar justru membantunya terus
mengingat bayang-bayang itu , motif kupu-kupu yang dihasilkan oleh lampu
proyektor justru membantu otaknya menata kenangan-kenangan pahitnya dan wangi dari aroma lilin yang terbakar api
justru menusuk hingga hatinnya, memperkuat bayang-bayang seseorang yang dua
hari yang lalu masih bersamanya di tempat ini, besama-sama merasakan wangi
cinta. Tetapi malam ini semua terasa basi dan pahit.
“ Sa kamu sakit?”
“ Gak kok Nyet, ayo pesen apa ni?, aku coklat panas tanpa gula
deh.” Sasa menuliskan pesanannya sendiri pada sebuah kertas bertuliskan “Daftar
Pesanan”
“ Aku Vanilla Latte, air es, sama mi goreng, telurnya dobel laper
banget ni.” Angga melambaikan tangannya pada seorang pelayan yang kebetulan
melihat ke arahnya dan memberikan kertas daftar pesanan yang ada di tangannya.
“ Eh Sa, kamu gak makan?”
“ Gak, gak laper.”
“ Bentar deh sejak kapan kamu suka coklat panas tanpa gula?,
bukannya kamu suka manis?”
“ Sejak hari ini, biar kita tahu kalau di luar sana masih ada yang
manis, kamu juga emang habis nguli kok tumben pesen banyak banget?”
“ Hah, habis nonton film Nyet?. Aku tadi habis latihan Kapuera buat
Pekan Olahraga Nasional, belum makan gara-gara nunggu balesan dari kamu tau.”
“ Haha maaf Nyet tadi ketiduran capek banget, beli jaketnya besok
sore aja deh gimana?”
“ Iya gampang-gampang, tadi kok si Bayu gak keliatan sih, aku pikir
malah pergi sama kamu tapi kok kamu malah bilang ketiduran.”
Air mata Sasa
menetes dengan sendirinya entah kenapa setelah mendengar nama seseorang pada kalimat yang diucapkan
Angga, tiba-tiba saja air matanya dengan
santai meluncur dari sudut pipinya, tak menghiraukan si empunya tak
menginginkannya untuk terlihat. Angga yang sedari tadi menikmati mi goreng
dobel telurnya kaget melihat pemandangan di depannya, dia memang bukan
laki-laki yang peka tetapi siapapun laki-laki yang berada di depan Sasa akan
tahu bahwa wanita yang sedang dihadapinya sedang menyimpan kepedihan. Begitu
juga Angga, tanggannya mengusap butiran air mata pada pipi Sasa dengan penuh
perhatian. Sasa hanya diam dan tak bisa mengelak, dia sudah lelah mengelak pada
hati dan perasaannya sedari sore tadi.
“ Ngga, aku putus sama Bayu.”
“ Iya-iya aku sudah tau kok, tadi Nana telepon aku tanya kamu lagi
sama aku apa enggak terus cerita. Udah jangan dipikirin dulu. Kita pindah
tempat aja yuk, di sini nanti kamu malu dilihat orang.”
“ Gak Ngga aku mau pulang aja, aku capek besok juga ada ulangan.”
***
Kembali motor
gagah warna merah membelah sepinya jalan, kali ini langit sudah ditemani bintang-bintang.
Udara semakin dingin lebih dingin dari ketika perjalanan pertama, tubuh Sasa
mulai menggigil dia memang merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya,
tetapi setidaknya dia merasa lebih lega kini dia membiarkan air matanya
menari-nari di wajahnya dengan bebas tanpa dia tahan lagi. Rasanya lebih lega
meskipun bayang-bayang terus hadir setidaknya dia tidak perlu lagi melawannya,
dia sudah menemukan cara terbaik untuk melegakan hatinya. Ya, dia harus bisa
menghadapinya bukan menghindarinya.
***
Kembali pada kamar
bercat warna kuning dan merah, di sudut kanan dinding kamar menempel sebuah jam
dinding bergambar tokoh kartun lucu Winnie The Pooh, jarum pendeknya menunjuk
angka dua belas sedang jarum panjangnya menunjuk angka sepuluh, menandakan sudah
tengah malam. Sasa kemudian mengalihkan pandangannya ke sebuah cermin besar
yang terletak di sudut kamarnya, perlahan-lahan dia mendekat dan melihat
pantulan bayangan dirinya dengan wajah yang kusut, dia bahkan merasa iba melihat bentuk wajah
dan penampilannya sendiri, tidak percaya efek yang diberikan kejadian sore tadi
sungguh luar biasa untuk dirinya. Kini pandangannya terfokus pada gambar foto
berukuran lima kali lima centimeter yang menempel mengelilingi sudut kaca, dan
semua foto itu adalah gambar dirinya dengan orang yang sama. Tubuhnya kaku
matanya menatap kosong ke arah satu demi satu foto, otaknya kini sedang
bermain-main dengan kejadian-kejadian yang tersimpan dari setiap foto, air
matanya dibiarkan menetes. Otaknya dibiarkannya mengungkit semua kenangan manis
yang kini telah menjadi pahit seluruhnya.
I can be tough
I can be strong
But with you, it’s not like that at all
Theres a girl who gives a shit
Behind this wall You just walk through it
And I remember all those crazy thing you said
You left them running through my head
You’re always there, you’re everywhere
But right now I wish you were here
Lagu Avril yang
berjudul Wish You Were Here berhasil membuat pikiran Sasa kembali ke dunia
nyata, dengan terburu-buru diambilnya telepon seluler kesayangannya yang memang
sengaja dia tinggal dalam mode pengisian baterai sebelum dia pergi bersama
Angga. Ada nama Angga muncul di layar.
“ Iya Ngga?”
“ Aku udah sampai ni Sa, kamu cepetan tidur jangan nangis terus.
Selamat ketemu besok.”
“ Iya monyet.”
“ Haha sayang temenku.”
Tangan Sasa
bermain-main dengan telepon selulernya dilihatnya semua pemberitahuan yang
masuk. Sembilan puluh tujuh pesan dari orang yang sama “By-you” dia menarik dan
menghembuskan nafas beberapa kali seolah mempersiapkan segala tenaga yang dia
miliki untuk membaca deretan kata-kata soal ujian yang harus dikerjakan dengan
hasil sempurna. Delapan puluh persen dari pesan yang ada berisi permintaan maaf
dan permintaan untuk bertemu. Sasa mulai merasakan kehampaan pada dirinya
tetapi kali ini dia lebih kuat, air matanya tidak lagi dibiarkannya terjatuh.
Beralih ke panggilan tak terjawab, ada seratus tujuh belas panggilan tidak
terjawab juga dari nama yang sama “By-you”, dia hanya menatapnya tak acuh,
sedikit dari sisi hatinya mulai muncul rasa benci.
***
Tujuh hari setelah malam 10 Februari 2011
“ Sa nanti pulang sekolah, temenin aku ke Three Second ya.
Mau nyari kado buat Raka.”
“ Aduh Na, males banget panas belum lagi nanti kamu milihnya lama.”
“ Aku udah survei kemarin kok cuma lagi gak bawa uang, nanti
tinggal ambil aja, nanti aku traktir Mc Flurry deh kalau gak kopi di Starbuck
gimana? ”
“ Oke deh pasti nanti jalan jadi adem, haha.”
“ Dasar matrealistis, teman imitasi.”
Seminggu setelah
malam itu Sasa memang lebih senang menyibukkan diri, selalu mencari aktivitas
yang bisa membuatnya melupakan rutinitas sebelum dia harus melupakan satu orang
yang berhasil membuat dirinya jatuh, jatuh ke dalam kebahagiaan juga jatuh ke
dalam kesedihan. Tuhan adil telah memberinya teman-teman yang selalu
mengangkatnya kala jatuh mengajarinya untuk berdiri kembali dan terus ada di
sampingnya untuk memberikannya semangat kala dia letih ketika mencoba berjalan
agar bisa berlari kembali. Meski kadang batinnya masih sakit, dia terus saja
menyemangati dirinya tak sampai hati dia menangis seperti sebelum seminggu ini,
membuat teman-temannya ikut bersedih dan yang paling Sasa tidak bisa menerima
adalah teman-temannya ikut membenci Bayu. Entah kenapa Sasa merasa itu tidak
adil.
***
Swalayan di pusat
kota memang selalu ramai dari mulai buka hingga tutup kembali. Sasa yang
menyadari sahabat di sampingnya akan tergoda dengan kilau-kilau yang di
tawarkan di setiap toko yang ada segera menarik Nana untuk menuju tempat tujuan
utama mereka. Ketika itu ternyata ada sebuah promo dengan membeli produk tertentu di Three Second akan
mendapat foto gratis bersama seorang penyanyi terkenal yang kebetulan adalah
salah satu penyanyi yang menjadi idola Sasa. Tanpa ambil pusing Sasa segera
merogoh uang yang ada di dompetnya dan membeli sebuah kaos berwarna merah
bertuliskan merek toko tersebut dan langsung berfoto bersama penyanyi idolanya,
tak lupa dia juga meminta tanda tangan di buku tulisnya, penyanyi itu membubuhkan
tanda tangannya dengan disertai tulisan “Untuk Risa Soraya Martavella, Semangat
menggapai mimpimu. Momo Geisha”
Setelah itu dengan
wajah cerah merona Sasa mengucapkan terima kasih dan bersalaman dengan penyanyi
idolanya. Kemudian dia harus rela beranjak dari samping idolanya karena sudah
banyak yang menunggu giliran untuk berfoto. Sasa segera mencari Nana yang tadi
dia tinggal untuk berfoto, setelah keliling dan bingung celingukan. Dia melihat
Nana sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang tidak dia harapkan
kehadirannya.
“ Udah Na?”
“ Udah, hloh kok ada Bayu?”
“ Ini tadi aku ketemu Bayu, eh aku baru inget Raka kan satu ukuran
sama dia jadi ya sekalian minta tolong nyobain.hehe.”
“ Oh, udah?”
“ Udah tapi bingung milih yang warna apa?”
“ Biru dongker lebih bagus.” Sasa dan Bayu mengucapkan kata-kata
itu secara bersamaan dengan jeda dan intonasi yang hampir sempurna sama.
Setelah menyadari hal itu mata Bayu dan Sasa sama-sama seperti kebingungan dan
tubuh mereka seperti kaku tak ada suara yang keluar dari mulut keduanya.
“ Eh ciye sehati, iya kayaknya memang bagus yang biru dongker
daripada merah deh.” Nana berusaha mencairkan dua manusia es yang sedang beku
di sampingnya. Suasana justru menjadi sedikit tegang ketika seorang gadis yang
dengan riangnya menghampiri Bayu dan menggandeng tangannya sambil menunjukkan
sebuah foto yang sepertinya baru diambil bersama penyanyi idola Sasa dengan
wajah penuh bahagia dan rasa bangga.
Hati Sasa pun
kembali pedih, ada luka lama yang berusaha disayat lagi oleh adegan di
depannya, luka lama yang belum kering itu kini harus kembali terkena debu. Luka
lama yang telah dengan susah payah diperbannya dan mulai diobati setiap detik
dia bernafas kini harus kembali berdarah. Tetapi kini dia lebih siap, tak ada
yang bisa mengalahkan tekad kuatnya untuk tidak lagi menangisi ke sia-siannya
selama dua tahun yang lalu bersama laki-laki yang sedang digandeng mesra oleh seorang
wanita dengan wajah ceria di depannya. Dia menganggap semua yang ada di
depannya kini adalah pembuktian atas kerja kerasnya selama ini untuk bisa
memperlihatkan kepada dunia bahwa dia telah sanggup melangkah tanpa seseorang
yang sampai saat ini masih sangat dia sayangi.
“
Udah dulu ya Bay, aku sama Sasa masih harus mampir ke toko roti nih.” Nana berusaha
membawa pergi sahabatnya dari atmosfer panas yang dia tahu bisa membuat
sahabatnya itu semakin terluka.
“
Iya ni Bay takut keburu malem.” Prasangka Nana salah, Sasa justru berpamitan
dengan senyum tulus dan menyalami Bayu juga wanita yang ada di sebelahnya.
***
21 Februari 2010
Kamar bercat
kuning dan merah dengan jam dinding yang menempel di sudut dinding sebelah
kanan bergambar tokoh kartun lucu Winnie The Pooh. Sasa sedang asik bermain
telepon selulernya di atas tempat tidur, hingga kemudia suara pintu kamarnya
diketuk.
“ Kak Sa, ada Kak Angga tu di bawah.”
“ Iya suruh tunggu sebentar.”
“ Disuruh cepet Kak.” Suara adiknya sedikit terdengar tidak jelas
karena adiknya kembali berjalan menuruni tangga.
Suasana langit
malam itu cerah sekali masih ada warna jingga bekas langit sore yang masih
menempel, meski beberapa bintang mulai terlihat. Bulan yang masih malu-malu
hanya menampakkan sinarnya sedikit. Angga duduk di bangku depan taman rumah
Sasa memandang hamparan angkasa yang indah dengan sedikit perasaan harap-harap
cemas, berharap agar apa yang akan dia lakukan malam ini berjalan sesuai
rencananya, dan cemas takut rencananya tak sama dengan rencana Tuhan.
“ Hai Nyet, hloh kok rapi banget memang kita mau kemana sih?”
“ Hah masa rapi sih perasaan cuma tambah ganteng sama wangi aja
deh.hehe”
***
Kafe di sudut ruangan dengan lampu yang temaram dan sebuah lilin di
tengah meja.
“ Sa?”
“ Hah, iya?”
“ Selamat ulang tahun ya.”
“ Haha apaan ini kan masih tanggal 21.”
“ Bentar.”Angga tiba-tiba saja berlari menuju ruangan belakang meja
kasir, dan tak lama datang kembali dengan membawa sebuah gitar di tangannya.
Hampir semua mata pengunjung dan pelayan tertuju ke arahnya.
“ Sa, dengerin ya. Jangan suruh berhenti sampai aku berhenti nyanyi
sendiri.”
Angga mulai
memetik senar-senar gitar yang ada di tangannya. Terlihat sekali dia gugup
diawal tetapi setelah itu dia bisa menyesuaikan diri dan mulai menikmati setiap
kata-kata yang terdapat pada lirik-lirik lagu yang dibawakannya. Tatapan
matanya memandang Sasa dengan penuh harap dan penuh cinta. Beberapa orang mulai
ikut bernyanyi lirih mengikuti alunan suara Angga yang cukup merdu meski bukan
penyanyi profesional. Lagu Falling In love dari band J-Rock berhasil dibawakan
Angga dengan hampir sempurna.
I think I’m in love for the first time
And it’s making my heart confused
Tell me what exactly happened
How I wonder it will be
You’re touching my heart and my soul
While you hands in my hands indeed
Tell me what exactly happened makes me feel
I’m drowning to deep
Seems weird for me
I will never let this feeling cold
Di akhir bait lagu
tiba-tiba saja Arga muncul dengan membawa seikat bunga mawar berwarna putih,
Nana dengan membawa sebuah roti ulang tahun bermotif kartun lucu Winnie The
Pooh , Reno dan Raka muncul dengan membawa terompet dan meniupnya berkali-kali.Mereka
duduk dan bergabung di kursi sebelah Sasa duduk. Sasa benar-benar terkejut
dengan kehadiran sahabat-sahabatnya itu.
“ Sa, kamu itu seorang
sahabat yang menghadirkan cinta lebih dari seorang sahabat di hatiku. Aku tulus
jadi sahabatmu tetapi perasaan cinta lebih dari seorang sahabat dihatiku juga
tulus, gak adil rasanya kalau aku harus lebih lama lagi membiarkan perasaan itu
menunggu untuk sekadar disampaikan. Sa, Aku mau kamu jadi pacarku.”
Semua pengunjung
memberikan tepuk tangan dan kata-kata dukungan di akhir kalimat yang diucapkan
Angga. Sasa menjadi bingung dan gugup, dia mengumpulkan segenap keykinan yang
ada di dalam dirinya, tiba-tiba saja air matanya menetes tak ikhlas rasanya dia
harus merelakan kenangan dua tahun lalu bersama orang yang cukup lama singgah
di hatinya. Tetapi di sisi lain laki-laki yang ada di hadapannya ini juga
adalah seorang laki-laki yang baik, tak adil rasanya jika dia tidak memberikan
kesempatan hanya karena dia takut terluka kembali.
“ Iya aku mau.”
Tepuk tangan
pengunjung kafe dan pegawai kafe semakin meriah, bahkan beberapa pengunjung
menyalami Angga dan Sasa memberikan ucapan selamat dan harapan untuk mereka
berdua. Tepat setelah itu jam sudah menunjukkan pukul dua belas lebih dan itu
berarti tanggal telah berganti, dua puluh dua Februari berarti hari kelahiran
Sasa delapan belas tahun yang lalu. Sasa meniup lilin dan mengucapkan
permohonan di hati kepada Tuhan, doa yang hanya dia dan Tuhan yang tahu. Doa
yang sangat dia harapkan dapat terwujud dan akan memperindah harinya untuk ke
depan. Semua sahabat Sasa memberikan kado yang terpaksa harus dia titipkan dulu
di kafe karena terlalu besar dan akan sulit di bawa pulang dengan menggunakan
motor. Dia sangat bahagia, bahagia sekali malam ini hatinya begitu lega, dia
melihat laki-laki di sampingnya yang baru saja mengungkapkan perasaannya begitu
gembira juga sahabat-sahabatnya yang terus menggoda tersenyum bahagia. Malam
yang indah, gumamnya dalam hati.
***
“ Selamat malam Sa, Eh Sayang. Haha. Terimakasih ya buat hari ini.”
“ Iya, Nyet.”
“Ih kok masih Nyet sih?”
“ Hehe, iya sayang sama-sama. Aku masuk dulu ya sudah pagi ni”
“ Eh bentar dulu.” Angga mengeluarkan sebuah kotak kecil cantik
berpita berwarna merah hati dari saku celananya.
“Ini buat kamu aku pakein ya.” Sebuah kalung cantik berwarna putih
berbandul hati dilingkarkan Angga ke leher Sasa.
“ Terimakasih ya.”
“ Iya, cantik cocok banget.”
***
“
Udah pulang kak?”
“
Iya, kenapa?”
“
Itu tadi Kak Bayu kesini barusan aja pergi titip kado tu di atas sofa.”
Sasa segera berlari kecil
meninggalkan adiknya yang sedang menonton sebuah acara televisi tentang makhluk
gaib dengan sebuah bantal yang dipegangnya erat, kadang-kadang digunakan untuk menutupi wajahnya sendiri. Biasanya Sasa akan
menggoda tetapi kini dia lebih tertarik pada sebuah benda di atas sofa. Sasa
langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci kamarnya rapat-rapat. Jantungnya
berdegup kencap melihat benda berbentuk kotak berukuran sekitar tiga puluh
senti meter dengan bungkus kertas bergambar kartun kesayangannya yang kini
berada di tangannya. Setelah skian lama berada dalam keraguan dan rasa
penasaran, Sasa membuka sedikit demi sedikit bungkus benda kotak itu. Di
dapatinya sebuah kotak kecil di dalamnya dan sebuah amplop berwarna merah muda,
dengan hati-hati dia membukanya juga membuka lipatan kertas yang ada di dalam
amplop itu.
Untuk
: Sasa “Nyi-nyingku”
Selamat Ulang Tahun yang ke-18
ya, mungkin aku bukan orang pertama lagi
yang bakal ngucapin langsung buat kamu seperti tahun lalu. Tapi aku banyak
berharap kamu bisa maafin aku, aku bingung harus gimana lagi untuk memperbaiki
semua ini. Aku rapuh, butuh kamu disini. Rasa sayangku gak pernah berkurang
sedikitpun Sa, sampai aku tahu kalau Angga juga suka sama kamu. Aku semakin
benci menyia-nyiakan kamu, aku semakin benci harus membunuh perasaan sayangku
Sa. Aku pengen banget kamu kasih kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku
berharap perasaan kita masih sama, sama-sama gak akan pernah berubah.
Semoga Tuhan mengabulkan segala yang
kamu cita dan cintakan. Amin.
Selalu
sayang kamu, Y.Bayu Saputra.
Angga
Diterima:
01.44
Sayang
aku sdah sampai, kmu cepet tidur ya mimpi indah,mimpiin aku pokoknya. Bsok
bangun pgi aku jemput,pengen cepet-cepet ketemu kamu, kangen bgt hehe :*
Apa yang paling kamu
takutkan setelah memulai hal baru?
Kamu memulainya dengan penuh keragu-raguan
Kamu memulainya untuk menghindari sesuatu
Kamu memulainya tanpa tanya selanjutnya bagaimana
Kamu memulainya tanpa berrfikir apa sudah saatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar